BAB I
PENDAHULUAN
Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa
potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi
cerdas. Howard Gardner dalam bukunya ”Frames of Mind: The Theory of Multiple
Intelligences”, menyatakan terdapat delapan kecerdasan pada manusia
yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis,
kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan
kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis. Teori ini menyatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai
macam kecerdasan, dan setiap individu memiliki tingkat yang bervariasi untuk
setiap jenis kecerdasan tersebut. Karena itu, setiap orang memiliki ”profil
kognitif” yang unik.
Tugas orangtua dan pendidik lah mempertahankan
sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh
dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk
merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan
matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai
kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis,
penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta
hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan
kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada
bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis
dan konseptual. Sekarang kita akan membahas lebih lanjut mengenai
kecerdasan matematika logis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan Logika-Metematika adalah
salah satu dari delapan kecerdasan ganda yang dilontarkan oleh Dr Howard
Gardner dalam bukunya “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences”. Kecerdasan
Logis-matematis adalah Kecerdasan yang berhubungan dengan logika, abstraksi,
penalaran induktif dan deduktif, serta angka. Kecerdasan ini lebih mengarah
pada kemampuan penalaran, pengenalan pola abstrak, berpikir ilmiah dan
penyelidikan, serta mampu mengerjakan perhitungan yang kompleks.
Menurut Gardner
ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada
kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta
kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan
linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk
bahasa.
Untuk pertama kalinya hukum logika
dikemukakan oleh seorang filsuf Yunani, yaitu Aristoteles. Ia menjelaskan
bagaimana argument disusun, bukti dan syarat dinyatakan, dan kesimpulan dibuat.
Dari logika inilah lahir apa yang disebut dengan pemikiran ilmiah yang mensyaratkan
timbulnya hipotesis berdasarkan pengamatan. Karir yang cocok untuk orang dengan
tipe ini adalah ilmuwan, ahli matematika, dokter dan ahli ekonomi.
Secara sederhana anak yang mempunyai
kecerdasan matematis-logis ditunjukkan pada tabel indikator sebagai berikut:
No.
|
Usia
|
Indikator Kecerdasan
Matematis-Logis Anak
|
1.
|
0-1 tahun
|
|
2.
|
1-2 tahun
|
|
3.
|
2-3 tahun
|
|
4.
|
3-4 tahun
|
|
5.
|
4-5 tahun
|
|
6.
|
5-6 tahun
|
|
B.
Ciri-ciri
Anak dengan Potensi Kecerdasan Logika Matematika[1]
Adapun ciri-ciri anak dengan potensi kecedasan logika matematika,
diantaranya yaitu:
1.
Mampu berfikir secara induktif dan deduktif.
2.
Mampu berfikir menurut aturan logika, struktur,
urutan, sistematik, klasifikasi, kategorisasi dan menganalisis angka-angka.
3.
Senang memecahkan masalah yang
menggunakan kemampuan berfikir.
4.
Berfikir dengan sebab akibat.
5.
Senang bermain tebak-tebakan.
6.
Memiliki ketajaman dalam
berspekulasi dengan menggunakan kemampuan logikanya.
7.
Senang aktivitas berhitung dan mampu
menghitung cepat.
8.
Senang bertanya mengapa, bagaimana
dan apa sebabnya,
9.
Cenderung kritis dan tidak mudah
menerima sesuatu sebelum bisa diterima dengan akal pikirannya.
Stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan logis matematika diantaranya
yaitu:
1. Perbanyak
permainan yang berkaitan dengan logika, dan permainan sebab-akibat seperti puzzle, lego,
rancang bangun, robotik, monopoli, permainan kartu, aritmatika.
2. Karena
memiliki kekuatan berfikir sebab-akibat, permainan seperti percobaan sederhana
ilmu pengetahuan alam atau perbocaan matematika akan sangat menarik
3. Perluas
pengetahuannya dengan menyediakan banyak bacaan seperti teka-teki.
4. Libatkan
dalam kegiatan yang berkaikan dengan hitung-hitungan, seperti misalnya
mengelompokkan, mengurutkan, berbelanja, perjalanan (jarak, waktu tempuh, kapan
berangkat, kapan tiba) atau mengatur menu makanan.
D. Merangsang Kecerdasan Logika Matematis Anak Dalam Kegiatan Sehari-hari Disekitar Kita.
Kita bisa
mengenalkan pertama kali pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari
lingkungan sekitar kita dan pengalaman sehari-hari anak serta memberikan
stimulasi yang mendukung. Tentu saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan
tekanan, dan melalui permainan-permainan. Dalam pendidikan anak, peran orangtua
tak tergantikan dan rumah merupakan basis utama pendidikan anak. Banyak
permainan eksplorasi yang bisa mengasah kemampuan logika matematika anak, namun
tentu hal ini harus disesuaikan dengan usia anak. Saat anak balita bermain
pasir, anak sesungguhnya sedang menghidupkan otot tangannya yang melatih
motorik halusnya sehingga kelak anak mampu memegang pensil, menggambar dan
lain-lain. Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan
menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Ketika kita
mengenalkan angka pada anak jangan hanya sebagai simbol, misalnya kita
mempunyai dua jeruk, sediakan dua buah jeruk. Sehingga anak paham tentang
konsep angka dan bilangan. Lagu juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan
berbagai tema tentang angka. Seperti lagu balonku ada lima. Atau kita bisa
berkreasi menciptakan lagu sederhana sendiri sambil memperagakan jari kita
sebagai alat untuk menghitung, sehingga secara perlahan anak mudah
menangkap konsep abstrak dalam bilangan.
Setelah anak
mengenal bilangan 1 sampai 10, maka bisa dikenalkan bilangan nol.
Memberikan pemahaman konsep bilangan nol pada anak usia dini tidaklah mudah.
Permainan ini dapat dilakukan dengan menghitung magnet yang ditempelkan di
kulkas. Cobalah mengambil satu persatu dan mintalah anak menghitung yang
tersisa. Lakukan berulangkali sehingga magnet di kulkas tidak ada lagi yang
melekat. Saat itu dapat diunjukkan bahwa yang dilihat pada kulkas adalah 0 (nol)
magnet.
Saat berada di
dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang
berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta
mengelompokkan sayuran berdasarkan warna. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian
bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka
sisanya berapa. Bisa juga membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan
sayuran. Sesekali lakukan juga kegiatan membuat kue bersama, selain dapat
menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar
matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu. Memasak
sambil melihat resep juga melatih keterampilan membaca dan belajar kosakata.
Jangan risaukan keadaan dapur yang akan menjadi kotor dan berantakan dengan
tepung dan barang-barang yang bertebaran, karena seperti slogan sebuah iklan
bahwa berani kotor itu baik. Anak senang dan tanpa sadar mereka telah belajar
banyak hal. Saat dimeja makan pun kita mengajarkan pembagian dengan bertanya pada
anak, misalnya supaya kita sekelurga kebagian semua, puding ini kita potong
jadi berapa ya? Lalu bila puding sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan
tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
Kita dapat juga
memberikan konsep matematika seperti pemahaman kuantitas, seperti berapa jumlah
ikan hias di akuarium. Ketika bersantai di depan rumah, anak diajak menghitung
berapa banyak motor yang lewat dalam 10 menit. Kenalkan juga konsep
perbandingan seperti lebih besar, lebih kecil dan sebagainya, misalnya dengan
menanyakan pada anak roti bolu dengan roti donat mana yang ukurannya lebih
besar. Saat kita mengenalkan dan menanyakan pada anak bahwa mobil bergerak
lebih cepat daripada motor, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon jambu, atau
tas kakak lebih berat daripada tas adik, sebenarnya hal ini sudah termasuk
mengajarkan anak pada konsep kecepatan, panjang dan berat, sehingga fungsi
kecerdasan matematikanya menjadi aktif.
Untuk kegiatan
di luar rumah, ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam
transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti
penjumlahan dan pengurangan. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau
pasar-pasaran dengan teman-temannya. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan
yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan
dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri
seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain.
Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami
lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu
kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan
sebagainya. Kita juga bisa memberikan game-game dalam komputer yang edukatif
yang mampu merangsang kecerdasan anak.
Permainan-permaianan
tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis
anak seperti permainan congklak sebagai sarana belajar berhitung dan bermanfaat
melatih kemampuan manipulasi motorik halus terutama melatih kekuatan jari
tangan yang di kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis. Selama bermain
anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainanyang pada gilirannya akan
melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak mengikuti
pelajaran disekolah. [3]
E. Ciri-ciri Siswa Dengan Kecerdasan Logika-Matematika.
Ciri-ciri siswa dengan kecerdasan Logika-Matematika di
antaranya :
- Biasanya mempunyai kemampuanyang baik dalam bidang matematika dan system-sistem logika lain yang rumit.
- Mereka mengunakan penalaran dan logika serta angka angka dengan baik.
- Mereka berfikir secara konseptual dalam kerangka pola pola angka dan mampu membuat hubungan hubungan antara berbagai ragam informasi yang didapat.
- Mereka selalu ada rasa ingin tahu tentang dunia disekeliling mereka dan selalu menanyakan banyak hal serta mau mengerjakan eksperimentasi.
- Selalu mempermasalahkan dan menanyakan kejadian-kejadian yang ada, sehingga tak jarang mereka agak tak disukai atau membosankan karena terlalu banyak bertanya.
F. Adapun Kemampuan Siswa Dengan Kecerdasan Logika-Matematik
Adapun kemampuan siswa dengan
kecerdasan logika-matematika di
antaranya:
- Kemampuan dalam memecahkan masalah.
- Mengkategorikan dan mengklasifikasi inforrmasi yang diperoleh.
- Bekerja dalam konsep abstrak untuk mengketahui hubungan antara konsep.
- Mampu menghubungkan rantai-rantai rasio untuk melihat perkembangan satu kegiatan.
- Melaksanakan eksperimentasi terkendali.
- Mampu mengerjakan perhitungan matematika yang rumit dan sulit.
G. Cara Mengasah Kecerdasan
Logika-Matematika Siswa
Cara mengasah kecerdasan logika-matematika siswa di antaranya
:
- Berikan PR dengan porsi lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas soal.
- Berikan selalu reward atas keberhasilan siswa dalam pencapaian suatu tahap tertentu.
- Angkatlah ia sebagai tutor sebaya bidang studi matematika.
- Tidak ada salahnya Bapak Ibu guru memberikan pengayaan berupa soal-soal setaraf lomba olimpiade MIPA.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan.
Kecerdasan Logika-Metematika adalah
salah satu dari delapan kecerdasan ganda yang dilontarkan oleh Dr Howard
Gardner dalam bukunya “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences”.
Kecerdasan Logis-matematis adalah Kecerdasan yang berhubungan dengan logika, abstraksi,
penalaran induktif dan deduktif, serta angka. Kecerdasan ini lebih mengarah
pada kemampuan penalaran, pengenalan pola abstrak, berpikir ilmiah dan
penyelidikan, serta mampu mengerjakan perhitungan yang kompleks.
Menurut Gardner
ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada
kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta
kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan
linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk
bahasa.
Masih menurut Gardner, ciri anak cerdas matematik logis
pada usia balita, anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya
seperti menjelajah setiap sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi
mengutak-atik benda serta melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika kakiku
masuk kedalam ember penuh berisi air atau penasaran menyusun puzzle.
Mereka juga sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan
logis dari tiap pertanyaan yang diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan
berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar
berhitung.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih, Asri.2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Boeree, George. 2010. Metode Pembelajaran dan
Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.